Jumat, 24 Juli 2009

Jembatan Layang Ahmad Yani

Lorong jembatan layang Ahmad Yani
Denyut rasa manusiawi mati tenggelam dimakan zaman
Gerombolan kuli jalanan berlalu lalang tanpa tujuan dan pekerjaan
Membawa pacul dan pengki yang teronggok sedari pagi
Berharap ada tuan yang memberi pekerjaan serabutan
Sekedar menyambung hidup untuk anak istri yang setia menanti
Memperbaiki nasib yang membelenggu kemiskinan turunan
Entah kapan sang harapan merubah keadaan
Sementara yang lainnya asyik tertidur mendengkur
Setelah seharian melamun tak ada pekerjaan yang dikerjakan
Yang ada hanya main gaplehan tuk usir rasa kejenuhan dan kekesalan
Mengobati rayuan kejahatan yang disodorkan para badut kantoran

Sementara itu.....anak jalanan berlari-lari mengais mimpi
Mengikuti bayangan yang tak mungkin bisa dikalahkan
Canda ceria bak pengusir rasa dahaga kasih sayang dari orang tua
Tak sadar akan hari depan yang dihadapi semakin suram
Dan kejahatan malam selalu mengintai dari belakang
Nyawa murah dan rendah hanya ditukar uang recehan bisa tergadaikan
Hari ini, besok dan yang akan datang adalah sama

Pengamen jalanan bernyanyi harapan sunyi tentang asa nol belaka
Sebagai status seniman yang ditertawakan kalangan artis kawakan
Berbekal gitar atau bahkan tepukan tangan yang berperasaan
Kadang kejahatan menggoda untuk bersama dengan mereka
Karena dermawan membiarkan mereka meradang dijalanan

Pengemis renta tengadah tangan yang lama kesemutan
Memelas rasa iba bagi mereka yang masih punya nyawa dan derma
Walau acap kali sumpah serapah terlontar dari orang yang serakah
Tak memberi nilai setali yang ada caci maki
Dianggap pemalas yang tak mau bekerja keras

Preman pengatur lalu lintas beringas meminta jatah pengaturan
Pendapatannya segembolan karena ditopang kesangaran
Hasilnya entah untuk apa dan untuk siapa
Tak Jelas siapa yang meminta dan jatah yang meminta
Atau hanya sekedar menjalankan karena terdesak akan keserakahan


Renungan perjalanan Pulang
Dari Pulomas ~ BSD
Jakarta May 11, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar