Senin, 27 Juli 2009

Balada Merak dan Landak (2)

Wahai sang Merak yang memikat
Jangan biarkan gemuruh darah ini jadi meluruh
Dan tulang-tulang gelora asmara menjadi rapuh tersapuh
Sedangkan olah pikiran sudah tak sejalan dengan perasaan
Bulir-bulir dikulit ari ini semakin menyempitkan aliran nadi
Terasa setiap jengkal emosi melesakan hati
Bara penyesalan menghina dikasat mata
Namun.....setampuk asa masih tergenggam oleh ragha

Wahai sang Merak yang anggun dan menggoda
Biarkan Landak ini berkaca apa adanya
Jangan kau tebar senyum di pelataran altar harapan
Sementara kau tumpahkan sinis kehinaan akan kemenangan
Dimana sang Landak menjadi pecundang dimata Raja Hutan
Setelah seluruh duri kau cabuti sebagai ganti harga diri
Menelanjangi syamsara yang selalu terjaga dan terpuja
Tak ada lagi yang tersisa .....hanya air mata

Oh Sang Pengadil hati yang selalu bersih dan kasih
Bawalah jiwa Landak terbang kejumantara raya
Menemui sang Pengapit sejati yang hakiki
Walaupun tak ada rasa rindu dan cemburu
Namun sebongkah emas ketenangan selalu dikalungkan
Membayang sebuah perjalanan kebahagian
Karena hidup bukan hanya cinta dan nilai rasa



Catatan kecil akan sebuah permainan

Jakarta, 4 July 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar