Senin, 01 Juni 2009

Yogyakarta Menangis

Belum hilang dalam bayang dan ingatan
Jerit tangis, air mata darah tumpah dinegeri serambi mekah
Gelombang air laut mengamuk, menerjang setiap yang menghadang
Tak terhitung lagi jumlah korban berjatuhan bak anai berserakan

Kini … disisi lain negeriku yang tercinta
Yogya menangis diguncang prahara gempa
Ketika pagi buta mata masih dihiasi mimpi malam yang indah
Bencana datang tiba-tiba tanpa ada aba-aba

Bumi bergocang, pohon tumbang, rumah runtuh rata dengan tanah
Sedetik kemudian ribuan mayat bergelimpangan
Disudut jalan, dipelataran, diperempatan, terlihat orang berlarian
Hanya ada satu tujuan menyelamatkan diri dan badan
Berteriak, menangis histeris meratapi nasib diri apa yang terjadi

Anak, ibu, bapak, nenek dan kakek terpisah oleh situasi dan kondisi
Tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan diselamatkan
Rumah sakit seketika penuh tumpah ruah dengan lautan manusia
Erangan kesakitan, tangis hisiteris berpadu dengan asa nyawa
Dokter, perawat dan paramedis berjibaku memberikan pertolongan
Antara hidup-mati, asa dan pasrah melekat erat disetiap jiwa

Apatah dosa kami sehingga ditimpa sedahsyat ini
Angka mayat terus merambat seiring jeritan yang menyayat
Darah merah tumpah menyiram tanah
Air mata menggenang membentuk aliran sungai kesedihan
Tulang-tualng putih menganga diantara daging yang terluka

Sementara di ujung utara Merapi menanti untuk unjuk diri
Guguran lava siap melahap apa saja yang bernyawa
Amuk lahar dan debu simbol keperkasaan tak tertahan
Bagi penghuni dilereng yang setia dan berjaga

Oh....Yogyaku semakin dihimpit oleh nestapa
Diselatan prahara gempa datang tanpa diundang
Dan diutara merapi perkasa siap memuntahkan lapar dahaga

Jakarta 29 Mei 2006
Mengenang Tragedi Bencana Yogya 26 Mei 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar