Senin, 27 April 2009

Malam Mencekam

Malam sama seperti dulu penuh misteri
Bintang tidak menambah jumlah terbilang
Sementara rembulan malu mengintip dari awan
Angin dingin tetap masuk merasuk menusuk tulang

Sementara mengiringi dalam sepi
Binatang malam terus bernyanyi tak kenal henti
Lolongan anjing dikejauhan terdengar samar-samar
Alunannya memberi isyarat makhluk jahat akan lewat
Kasat mata namun bisa dirasa telah tiba

Gemerisik daun dan dahan melambai lambai ketakutan
Lentur dan teratur mengikuti gerak gemulai
Nun jauh diangkasa jagat raya
Bunyi guntur mengelegar saling bersahutan
Seolah menjadi irama dan nada kegarangan
Namun sang hujan yang dinanti belum juga kunjung datang

Malam itu…..
Keadaan cukup tegang dan mencekam
Tak ada tawa kelekar yang biasa mengumbar
Tak ada manisnya jagung dan ubi bakar
Ataupun cerita mahakarya Mahabharata dan Ramayana

Dengus napas terengah-engah makin jelas
Getarannya terasa sampai ujung kepala
Dan keringat dingin menemani kegalauan hati
Bulu kuduk berdiri tak sudi berdiam diri
Pikiran kalut, melayang dan terbang
Entah apa bentuk yang ada dalam benak

Jakarta 31 May 2006
Reflesi cerita fiksi Pasca Gempa Yogya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar