Malam sama seperti dulu penuh misteri
Bintang tidak menambah jumlah terbilang
Sementara rembulan malu mengintip dari awan
Angin dingin tetap masuk merasuk menusuk tulang
Sementara mengiringi dalam sepi
Binatang malam terus bernyanyi tak kenal henti
Lolongan anjing dikejauhan terdengar samar-samar
Alunannya memberi isyarat makhluk jahat akan lewat
Kasat mata namun bisa dirasa telah tiba
Gemerisik daun dan dahan melambai lambai ketakutan
Lentur dan teratur mengikuti gerak gemulai
Nun jauh diangkasa jagat raya
Bunyi guntur mengelegar saling bersahutan
Seolah menjadi irama dan nada kegarangan
Namun sang hujan yang dinanti belum juga kunjung datang
Malam itu…..
Keadaan cukup tegang dan mencekam
Tak ada tawa kelekar yang biasa mengumbar
Tak ada manisnya jagung dan ubi bakar
Ataupun cerita mahakarya Mahabharata dan Ramayana
Dengus napas terengah-engah makin jelas
Getarannya terasa sampai ujung kepala
Dan keringat dingin menemani kegalauan hati
Bulu kuduk berdiri tak sudi berdiam diri
Pikiran kalut, melayang dan terbang
Entah apa bentuk yang ada dalam benak
Jakarta 31 May 2006
Reflesi cerita fiksi Pasca Gempa Yogya
Senin, 27 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar